August 2015
99 Sahabat Rasul SAW Abdullah bin Amr Abdullah Gymnastiar Ade Armando Adhyaksa Dault Adil Ahok Akhir Zaman Akhirat Akhwat Al-Qur'an Amal Amr bin 'Amir al-Khuza'i Anggun C Sasmi Artikel Artis Asiah binti Muzahim Atheis Aurat Badut Bank Bekasi Berita BNI BRI Budaya Bunuh Diri Cerai Daging Anjing Dalam Negeri Dosa Investasi DPR DR Rahmad Effendi Dunia Ekonomi Ekstasi Emilia Renita AZ Eritroderma Facebook G30S Gancet Ghorizatun-nau Gorengan Haddad Alwi Hoax Hukum Ibu Ichsanuddin Noorsy Ikhwan Ilmuwan Imam Malik Inspirasi Internasional Internet Internet Gratis IPTEK Iran Islamy Jaminan Janda Jantung Jawa Jenazah Jodoh Jokowi Jusuf Kalla Kaesang Pangarep Karawang Kartosuwiryo Kedokteran Kematian Kesehatan Kewajiban KH Athian Ali M. Da’i Khilafah Khuluk Klorin Kopi KTP Legalisasi LGBT Liberalisme Luar Negeri MA Malaysia Mandiri Manhaj Nabi SAW Mark Zuckerberg Mengaku Tuhan Metro TV Model Mohamad Guntur Romli Monogami dan Poligami Musdah Mulia Mut'ah Muthi’ah nabi Nama Asing Narkoba Neraka NU Nurmala Hamid Rahmola Ojek Syariah Oknum Brimob Pasutri Pelecehan Pembalut Pencuri Pengampunan Nasional Pengharum Ruangan Penjara Penyakit Pergub Perkasa Pernikahan PKI Poligami Politik Prabowo Subianto Presiden RAPBN Ratna Galih Renungan Revolusi Mental Ridwan Kamil Rizqi RUU Sahabat Nabi SAW Salahuddin Wahid Sandriana Malakiano Sedekah Sejarah Sesal Sesat Sherina Munaf Spam Sukarno Surga Suro Syi'ah Syiah Taaruf Taat Talak Taubat TimTeng Tokoh Tokoh JIL Tolikara Tragedi Mina Trio Tsaqofah Tunjangan Ulama Universitas Paramadina Ustadz Felix Siauw Walikota WALIMATUL ‘URS Wapres Yaman Yusuf Mansur

"Aku minta petunjuk kepada Allah supaya dibimbing. Dan inspirasi aku adalah Ustadz Felix Siauw yang memberikan banyak pengetahuan dan inspirasi" terangnya.


Bintang film dan pesinetron Ratna Galih mengungkapkan sebuah rahasia spiritual yang dialaminya. Artis yang kini mantap berhijab itu mengatakan, dirinya sempat tak percaya agama.

Ratna-Galih-dan-Laudya-Cynthia-Bella
Ratna Galih pernah mengalami masa-masa mengedepankan logika hingga menjadikannya sebagai standar kebenaran. Bintang film Cinta Pertama itu menganggap hal-hal yang di luar logika tidak mungkin terjadi. Ia pun sempat masuk ke fase agnostik, tidak mempercayai hal-hal yang di luar batas pemikiran rasional.

Aku berpikir sesuatu harus sesuai logika. Saat itu aku berpikir kok beda ya kalau agama sama logika. Aku akhirnya jadi agnostik. Apalagi aku sering ke luar negeri, banyak yang atheis jadi makin terpengaruh” kata Ratna Galih (29/8/2015).

Dari sisi materi, saat itu Ratna Galih sudah tercukupi. Ia juga bahagia. Namun, kebahagiaannya tidak seperti yang ia harapkan. Kebahagiaan yang tidak lengkap. Ada sesuatu yang kosong. Hingga kemudian secara iseng ia membeli Al Qur’an dan Science. Tak disangka, melalui buku itu Ratna Galih kembali mendapatkan hidayah.

Nah di situ terjawab semua pertanyaan dalam hidup. Aku menemukan jawabannya cuma di Al Qur’an, nggak ada di buku lain” tambahnya.

Ratna Galih sangat bersyukur, ia yang sempat tak percaya agama kini mendapatkan hidayah. Ratna Galih juga mantap berhijab.

Sumber: Liputan6.com

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Dakwah Is My Adventure)

Setelah Tuhan ditemukan di Banyuwangi, Nabi di Mataram, dan Saiton di Palembang. Betapa serunya jika ketiganya dipertemukan.
Nama Saiton juga tidak membuat takut warga yang tinggal di sekitar Jalan Sukabangun atau sekitar Lebong Siarang, meski di situ terdapat pemakaman umum. Saiton mirip kata setan yang berasal dari kata syaithan dalam bahasa Arab yang berarti setan.

Sama halnya dengan Tuhan, ternyata Saiton di Palembang hanya sekadar nama, bukan sosok menakutkan dari neraka. Saiton adalah guru Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis dan Teknologi (Bistek) di Palembang. "Itu nama pemberian orang tua saya puluhan tahun silam," kata Saiton, Kamis, 27 Agustus 2015.

Saiton bekerja sebagai Wakil Kepala Sekolah SMK Bistek di Jalan Sukabangun II, Kota Palembang. Dengan profesinya itu, Saiton berharap namanya tidak akan berimbas negatif pada keluarga dan institusi tempat ia mengabdi.

Saiton menuturkan cikal bakal pemberian nama tersebut. Menurut pengakuan orang tua dan keluarganya, nama unik itu diberikan agar Saiton tidak gampang sakit dan meninggal di usia belia. Sebab, kesepuluh saudaranya bernasib kurang beruntung. "Orang tua saya takut saya akan bernasib sama dengan kakak-kakak saya," kata anak kesebelas itu.

Sebelum masuk usia sekolah, Saiton sempat berganti nama Iskandar. Ia menduga pergantian itu karena orang tuanya mendapat masukan dari tetangga ihwal arti nama Saiton. Tapi setelah berganti nama dari Saiton menjadi Iskandar, ia justru sering sakit.

Itu sebabnya, orang tuanya mengubah kembali namanya seperti semula: Saiton. "Soalnya dengan nama Iskandar, saya sering sakit-sakitan," ucap Saiton.

Gambar-gambar lainnya:



Kenali dan waspadai tokoh-tokoh Syi'ah Indonesia ini, mulai dari penyanyi hingga anggota MUI Pusat! Berikut beberapa Gembong Syi'ah Indonesia yang terpublikasi di Media:

1. Haidar Bagir

Haidar Bagir bersama Jalaluddin Rakhmat, mendirikan Yayasan Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.

Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan Syiah dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar Republika, sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah masih menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.

Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah alumnus Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di Pusat Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS. Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.

Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur utama GUIDE (Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian Tasawuf Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).

2. Jalaludin Rahmat

Seorang yang pada tahun akhir 1980-an dikenal sebagai pakar komunikasi. Sampai saat ini dia adalah pengajar di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Dia disebut-sebut sebagai tokoh sentral syi’ah Indonesia. Ternyata ini bukan isapan jempol bila dilihat dari kiprahnya dan dan sepak terjangnya pada organisasi syi’ah di Indonesia.


Pendiri dan pimpinan SMA Muthahhari, Bandung ini juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir. Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang.

Selain itu ia mendirikan Pusat Kajian Tasawuf (PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di Bandung. Semua lembaga-lembaga tersebut adalah organisasi syi’ah. Bisa dilihat pada buku Fakta dan Data Perkembangan Syi’ah di Indonesia September 2012, karya ustadz Farid Ahmad Okbah MA.

Adapun pernyataan Kang Jalal, begitu dia biasa dipanggil yang mendukung syi’ah yakni pada 29 Agustus 2012 lalu, dia mengancam untuk menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura. “Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar Jalaluddin

3. Muhsin Labib

Muhsin Labib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan lulusan Muhsin Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.


Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza, Primbon Islam, Goodbye Bush, dan lainnya.

Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah adalah orang yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik Indonesia.”

4. Dina Yoelianti Sulaeman

Perempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjadjaran tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang.


Tahun 1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.

Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, Prahara Suriah dan Journey to Iran.

Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina, juga syiah, dia adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.

5. Khalid Al Walid

Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan, menjelaskan bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI Jatim.


Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah DR. Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”.

Saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada Tahun 2008 lalu. Tiba di bagian akhir acara, Azyumardi bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah? Jangan salah duga”. Tanyanya.

“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang doktor Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Pascasarjana UIN tersebut.

Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.

Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi dewan syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI), ormas lokomotif kelompok syiah di Indonesia.

Dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs resminya, tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.

6. Haddad Alwi

Dia adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoybah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.

Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di Sampang Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para pengungsi syiah.

Sementara, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, tidak mudah diidentifikasi oleh orang awam kebanyakan, sehingga orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu menyebut Al-Quran dan sebagainya. Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.


Lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah dan Hadad Alwi terkontaminasi dengan bentuk kesyirikan dan ghuluw. Syirik karena memuji Ali, Hasan dan Husein radhiallahu anhum melebihi taraf normal sampai pada titik pengagungan laksana Tuhan. Ghuluw karena sastra yang dibawakan tidak seharusnya disandarkan kepada manusia.

Sumber-sumber:
http://goo.gl/v4WK0f
http://goo.gl/h8G4Qe

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)

Hadist dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah SAW bersabda:


سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ
“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah.” (HR. Hakim 4853 dan dinilai ad-Dzahabi: shahih sesuai syarat Muslim).

Jika dikaitkan dengan Hadist di atas, Ana tidak menemukan nama Mutiah/Muti’ah. Apalagi nama ini mendapat predikat wanita pertama yang masuk surga. Dengan demikian, anggap saja kisah ini dapat menjadikan inspirasi untuk kita, selamat membaca!

Sahabatku,
Pada suatu hari Fatimah Azzahra ra, bertanya kepada Ayahnya, Rasulullah SAW. Siapakah wanita pertama yang masuk surga setelah Ummahatul Mukminin? Beliau bersabda: Dialah Muti'ah.

Berhari-hari Fatimah berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan Muti'ah dan di mana wanita yang dikatakan oleh Ayahnya itu tinggal. Setelah itu, Alhamdulillah informasi yang didapat yaitu keberadaan dan tempat tinggal Muti'ah berlokasi di pinggiran kota Madinah.

Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah sambil mengajak Hasan untuk bersilaturahmi ke rumah Muti'ah pada pagi harinya. Sesampainya di rumah Muti'ah, maka Fatimah segera mengetuk pintu rumah Muti'ah dengan mengucapkan salam.
Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.”
Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita:
Wa’alaikassalaam … siapakah diluar?”
Saya Fatimah, putri Muhammad SAW"
Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta

Segera Muti'ah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Muti'ah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya (Hasan) yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Muti'ah kembali menutup pintu rumahnya kembali, Fatimah merasa kaget dan bertanya kepada Muti'ah dari balik pintu.

“Ada apa gerangan wahai Muti'ah?
Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu?
Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim denganmu?”

Muti'ah dari balik pintu rumahnya menjawab: “Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”

Tersentaklah Fatimah mendengarkan kata-kata wanita mulia ini. Argumentasi Muti'ah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besoknya.

Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Muti'ah, Husein, adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Muti'ah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.

Namun ketika berada di depan rumah Muti'ah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Muti'ah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein, Muti'ah belum meminta ijin lagi pada suaminya.

Semakin galau hati Fatimah memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. dan begitu tunduk dan tawaddu’ pada suaminya.

Pada hari yang ketiga, kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang ke rumah Muti'ah pada sore hari. Namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum, Muti'ah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum, sehingga Muti'ah terlihat sangat mempesona.

Dalam kondisi seperti itu, Muti'ah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya.
Subhanallah, Tidakkah kita merindukan istri yang demikian? Ketika suami pulang kerja, sang istri berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi, sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus, dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang? Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami seperti Muti'ah!
Akhirnya Fatimah pulang dengan rasa kagum terhadapnya. Dan pada hari keempat, Fatimah datang kembali ke rumah Muti'ah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada di rumah atau sudah pulang kerja. Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Muti'ah baru saja sampai di rumah, pulang dari kerjanya.

Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk ke rumahnya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibanding dengan yang dilihatnya sejak hari pertama. Muti'ah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi. Muti'ah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Muti'ah adalah memandikan suaminya. Subhanallah… Tsumma Subhanallah.

Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Muti'ah menuntun suaminya menuju ke tempat makan. Dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya. Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Muti'ah masuk ke kamar dengan membawa cambuk sepanjang dua meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan:

Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada di depanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakanku, maka cambuklah diriku.

Fatimah sudah sangat faham apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW. tentang wanita ini. Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang shalihah, seperti yang ada pada diri Muti'ah.

*Mutiah/Muti'ah/Muthi’ah yang artinya taat, lembut, mudah.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)


Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

"Barangsiapa menjatuhkan diri dari gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan jatuh ke neraka jahannam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa menenggak racun, hingga meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya, dan ia akan menenggaknya di neraka jahannam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Dan barang siapa bunuh diri dengan (menusuk dirinya dengan) besi, maka besi itu akan ada di tangannya, dengannya ia akan menghujamkan ke perutnya di neraka jahannam, ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya."

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Barangsiapa bunuh diri dengan sesuatu di dunia, maka dia akan disiksa di akhirat dengan sesuatu yang digunakan untuk bunuh diri."

Badan kita bukan milik kita. Nyawa kita juga bukan milik kita. Semuanya milik Allah yang dititipkan kepada kita. Maka kita harus menjaganya dengan sebaik-baiknya sampai kita ketemu dengan Allah nanti di hari kiamat untuk mempertanggungjawabkan titipan itu.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita agar mendapatkan kerelaan-Nya.
Warning: Jangan ditonton jika Antum ngeri melihatnya!

Kejadian unik terjadi pada pasangan yang baru saja menikah di Kedah, Malaysia, pada 05 Juni 2015 lalu.


Sang istri malu bersalaman dengan suami yang telah sah dinikahinya sesaat setelah selesai ijab kabul pernikahan mereka.

Dilansir dari media sosial facebook, dikatakan bahwa si wanita selama ini selalu menjaga dirinya sehingga tidak pernah disentuh oleh lelaki manapun kecuali mahramnya. Dan keanehan terjadi ketika si istri diminta bersalaman dengan suami sahnya, sang istri malu bersalaman dengan suami nya tersebut.


Kejadian ini mengundang tawa orang sekitar yang menyaksikan acara tersebut, bahkan tante dari si mempelai wanita sampai memaksa memegang tangannya agar mau bersalaman dengan sang saumi sah yang baru saja dinikahi.

Melihat kejadian ini sang suami tidak lantas marah, malahan ikut tertawa dengan yang lainnya sambil menepok jidatnya sebagaimana terlihat pada gambar.

Hikmah yang dapat kita ambil adalah, begitulah seorang wanita yang selalu menjaga dirinya hingga kemudian kehalalannya datang padanya. Hal ini sangatlah penting, karena menjaga diri tersebutlah kemudian kita menjadi istri solehah nantinya.

Diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dari Ibnu ‘Abbas Radliallahu Anhu, bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam ditanya oleh Umar bin al-Khattab Radliallahu Anhu:
“Akan aku informasikan kepadamu harta benda yang terbaik yang bisa seseorang dapatkan, yaitu istri yang baik (shalehah). Ketika dia (suaminya) melihatnya dia akan membuatnya senang dan ketika dia diperintah maka akan patuh dan ketika dia ditinggal (jauh dari suami) maka akan menjaga dirinya.”
Begitulah istri malu bersalaman dengan suami nya. Semoga mereka menjadi keluarga bahagia di dunia dan akhirat.

Ini videonya:



Di bawah ini adalah sebuah kisah yang beredar pada salah satu fanpage facebook. Entah siapa yang menulisnya, namun satu hal, kita bisa memetik ibrah yang sangat berharga dari tulisannya.


Semoga kejadian ini membuat kita bisa belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki.

Membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun aku menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun aku membencinya. Setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya, tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untukku.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku minum pil KB, meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahanku semakin memuncak ketika mengandung tiga anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Tak terasa waktu berlalu hingga anak-anakku sudah beranjak tiga belas tahun. Kebiasaanku, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anakku sudah menunggu di meja makan. Seperti biasa, suamiku yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mall dan tidak hadir di acara ultah ibuku. Yah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium keningku dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas.

Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maafkan aku, sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil, maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Sontak, aku marah dan mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi?”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” Tanya suamiku, kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon.

Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayar tagihanku. Si empunya salon, sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi.

Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap motor suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “Selamat siang, Bu. Apakah ibu, istri dari Bapak Armandi?” Kujawab pertanyaan itu segera.

Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit terdekat. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab: "Terima kasih, Pak". Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphoneku dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat.

Akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana tahu-tahu seluruh kerabat, kawan-kawan suamiku, keluargaku telah hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang emergency. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita bahwa uamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah, ibu, dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama.

Terus terang, Ana gak sanggup meneruskan kisah ini dan justru mata ana yang berkaca-kaca, meneruskan kisah ini. Sesaat kemudian, ana memutuskan untuk melanjutkannya...

Saudariku,
Selanjutnya, saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama dua puluh tahun. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.

Airmata perlahan merebak di mataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata ini tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentangnya tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras mengalir, membasahi kedua pipiku.

Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak sekali mengingat apa yang telah kuperbuat padanya, terakhir kali kami berbicara kala itu.

Aku teringat betapa tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku ketika aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai.

Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi hitam. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia makan masakanku jika ada sisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidurku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu, dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang gambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. 

Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. 

Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa.

Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tombol-tombolnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana.

Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus.

Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote.

Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa sebenarnya dia mencintaiku!

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tiada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas.

Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada-Mu ya Allah, karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami, yang begitu sempurna di mataku. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anakku. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada tiga anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semuanya dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa.



Pada zaman Imam Malik, terdapat seorang wanita yang sangat buruk akhlaknya. Dia selalu tidur bersama lelaki dan tidak pernah menolak ajakan lelaki.

Sehinggalah tiba pada hari kematiannya, ketika dia dimandikan oleh seorang wanita yang memang kerjanya memandikan mayat, tiba-tiba tangan si pemandi mayat itu terlekat pada kemaluan mayat wanita itu.

Semua penduduk dan ulama' gempar akan hal itu. Mana tidaknya, tangan si pemandi mayat terlekat sehingga semua orang di situ mati akal untuk melepaskan tangannya dari mayat wanita itu. Terdapat 2 cadangan untuk menyelesaikan masalah itu. Pertama, memotong tangan wanita pemandi mayat tersebut dan kedua tanam kedua-dua wanita itu sekaligus.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk meminta pendapat daripada Imam Malik. Beliau bukan calang-calang orang yang memberi fatwa. Pernah ada satu ketika, Imam Malik mendapat 40 pertanyaan, tetapi yang dijawabnya hanyalah 5. Ini menunujukkan akan berhati-hatinya dan betapa sensitifnya beliau dalam isu agama.

Imam Malik bertanya kepada wanita si pemandi mayat itu bahawa adakah dia berkata apa-apa kepada si mati semasa memandikannya.

Wanita pemandi mayat itu berkata bahawa dia ada mengatakan kepada si mati sewaktu membersihkan tubuhnya:

"Berapa kalilah tubuh ini telah melakukan zina"

Imam Malik berkata "kamu telah menjatuhkan Qazaf (tuduhan zina) pada wanita tersebut, sedangkan kamu tidak mendatangkan 4 orang saksi. Maka kamu harus dijatuhkan hukuman hudud 80 kali sebatan kerana tidak mendatangkan saksi."

Selepas wanita pemandi mayat itu dikenakan hukuman 80 sebatan maka terlepaslah tangannya dari mayat tersebut.


HIKMAH & PELAJARAN:

Oleh karena itu, kita hendaklah sentiasa menjaga lidah kita. Jangan sembarangan membuat fitnah atau bersangka buruk dengan orang lain. Kuasa Allah SWT mengatasi segala-galanya. Moga bermanfaat dan sama-sama memperbaiki diri. InsyaAllah.

Jaga lidah jangan sebarkan fitnah, jangan bersangka buruk dengan kuasa Allah Taala. Kalau kita tahu dia itu seorang pelacur sekalipun, tapi kalau tak pernah lihat perbuatan maka kita dilarang menuduhnya berzina. Diharap kisah Imam Malik dan Pemandi Mayat ini dijadikan sebagai tauladan dan iktibar. Karana itu ingatlah, apabila kita membantu menyebar sesuatu perkara buruk dalam masyarakat, negeri atau negara, yang akan kita tidak menyaksikan dan tiada ssaksi, maka tunggulah suatu hari nanti balasan yang kita terima. Walaupun peristiwa berlaku: "Berhati-hati semua dan jangan terjerat dengan jarum-jarum kejahatan."

Wallahua'lam, semoga bermanfaat!

Mudah-mudahan Allah selalu mempermudahkan langkah kita, di manapun dan dalam keadaan apapun kita berada. Aamiin. Ini Videonya:



ALLAH SWT membolehkan para suami untuk mendua, memiliki istri lebih dari satu.

Hal inilah yang membuat kaum wanita cemas bahkan 'geram', yaitu kekhawatiran suaminya menikah lagi.

Meskipun sang istri telah berupaya berbuat baik, mendidik anak-anaknya dan mengerjakan rutinitas rumah tangganya, tapi tetap saja suaminya pengen menikah lagi. Lalu, bagaimana sang istri menghadapinya?

Tidak diragukan lagi, bahwa tujuan paling utama dari pernikahan adalah untuk menundukkan pandangan, mejaga kemaluan, serta memelihara kehormatan. Namun, cukupkah seorang suami memiliki satu istri saja? Atau, lebih dari satu?

Para suami akan mengukur keadaannya sesuai dengan kadarnya. Ana memberikan beberapa saran berikut ini:

Kesatu, suami menikah lagi tidak dapat menyelasaikan masalah. Seyogyanya, seorang istri melakukan upaya-upaya yang dapat melanggengkan keharmonisan dengan suami serta menumbuhkan simpati kepada suami.

Kedua, umumnya, para suami yang ingin menikah lagi memiliki alasan dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisinya, atau pernikahan tersebut merupakan sebuah solusi untuk suatu permasalahan yang dihadapinya. Untuk itu, sebaiknya seorang istri memikirkan alasan dan tujuan tersebut.

Ketiga, berpoligami bukan berarti suami telah melakukan sesuatu yang haram atau makruh. Ia hanya melaksanakan sebuah perkara yang mubah (boleh-boleh saja, ini pendapat ana), bahkan adakalanya dianjurkan. Jadi, yang harus dipikirkan selanjutnya adalah bagaimana kehidupan sesudah pernikahan tersebut.

Keempat, seringnya, penyebab para suami menikah lagi bahkan datang dari istrinya sendiri. Entah karena ia mengabaikan suaminya, mungkin tidak menghormatinya dan tidak menghargainya, atau mungkin juga tidak memberikan hak yang Allah halalkan untuknya dengan cara yang baik.

Kelima, tidak diragukan lagi, bahwa setiap insan dalam kehidupan ini akan selalu berusaha mencari apa yang dapat menyenangkan dan membahagiakannya. Andaikan sang suami mendapatkan kebahagiaan tersebut dari istri yang pertama, sudah barang tentu ia tidak akan menikah lagi dengan wanita lain.

Keenam, akan tetapi, apa yang terjadi sesudah pernikahan tersebut. Apakah sang suami akan meninggalkan istri yang pertama, mengabaikannya, atau tidak berlaku adil di antara para istrinya?

Ketujuh, tetaplah melayani sang suami dengan akhlak yang baik dan ikhlas tentunya karena Allah. Karena, dengan perilaku tersebut, merupakan sarana untuk meraih kemenangan di dunia dan akhirat.

Sumber: 150 Problem Rumah Tangga yang Sering Terjadi
Karya: Nabil Mahmud
Penerbit: Aqwam

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)


Ketika kami tamasya ke Pulau Bidadari, Kepulau Seribu, terasa ada yang 'janggal'. Tatkala kami kesulitan turun dari kapal menuju jembatan dermaga, khususnya bagi para akhwat.

Di situ ada beberapa orang, baik dari kru maupun awak kapal yang berdiri di atas kapal untuk membantu para penumpang yang akan naik atau turun dari kapal. Karena posisi kapal yang lebih tinggi dari dermaga, untuk naik atau turun dari kapal tentunya perlu bantuan seseorang yang memeganginya.

Nah di situlah mereka tidak segan-segan membantu memegangi para penumpang baik ikhwan maupun akhwat yang akan naik atau turun dari kapal tersebut.

Namun pada giliran rombongan kami, mereka segan terhadap kami, khususnya segan kepada akhwat-akhwat kami. Karena akhwat-akhwat kami mengenakan hijab yang panjang dan syar'i. Itulah yang menyebabkan orang-orang tersebut segan membantu akhwat-akhwat kami, karena tidak ingin menyentuhnya. Akhirnya orang-orang tadi sengaja membiarkan dari keluarga atau para suaminya yang membantu sendiri istrinya masing-masing. 

Mereka (mungkin) sudah paham, dan tanpa harus diberitahu oleh kami. Ana berfikiran, "Jika untuk menyentuh akhwat-akhwat kami saja mereka segan, terlebih lagi untuk hal-hal yang lainnya!". Ana menilai rasa segan mereka untuk tidak mau menyentuh akhwat-akhwat kami dikarenakan mereka menghormatinya. Mereka (menurut ana) menghormati hijab yang dikenakan akhwat-akhwat kami. Berbeda halnya sikap mereka terhadap wanita-wanita yang tanpa hijab syar'i atau yang memperlihatkan auratnya, mereka berani menyentuh bagian tubuh wanita-wanita walaupun dengan alasan membantu.

Inilah fitrah manusia yang tidak bisa ditutupi dan bahkan disembunyikan. Fitrah manusia yang masih memiliki rasa hormat terhadap ajaran Islam yang benar, khususnya hijab syar'i.
Fungsi hijab yang sejatinya yaitu melindungi para akhwat dan menjadikan mereka lebih terhormat di mata manusia. Dan Allah saja yang lebih mengetahui apa-apa yang tidak diketahui makhluk-Nya.
Subhanallah...

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)

Pemimpin Daarut Tauhid yang berada di Geger Kalong, Bandung, tak lagi menutupi sikapnya terhadap Jokowi.

Menurut AA Gym, tokoh dadakan yang terpilih presiden dengan suara hanya dukungan suara 53 persen, tak dapat memberikan solusi apapun, karena dia hanya 'boneka'.

Menurut tokoh yang dikenal dengan 'Aa Gym alias Abdullah Gymnastiar, melihat Indonesia dibawah Jokowi setelah enam bulan, semakin amboradul. Rakyat semakin mlarat dan tercekik dengan berbagai kenaikan harga.

Pemimpin pesantren Daarut Tauhhid itu menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi bernegara saat ini. Pria yang akrab disapa Aa Gym ini menilai, kondisi politik dan penegakan hukum di Indonesia tidak stabil dan kacau dalam enam bulan pertama pemerintahan Jokowi dan JK, ujarnya Minggu, 17/5/2015

"Banyak partai politik yang pecah. Padahal partai merupakan fondasi untuk membangun negeri. Masyarakat juga pasti merasakan KPK semakin lemah," kata Aa Gym kepada wartawan di Bandung, kemarin.

Menurut AA Gym masalah pokok dan menjadi pangkalnya yaitu dua persoalan tadi adalah kepemimpinan yang lemah dan tidak mandiri. Tanpa menuding satu pihak, dia menyebut ada kekuasaan besar yang mengendalikan presiden.

"Sekarang memang terasa seperti itu. Tidak ada gebrakan apapun. Ada penguasa lain yang bermain di belakang presiden. Itu yang membuat presiden kita lemah," ujarnya.

Perselisihan antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polri jadi sorotan pengasuh Pesantren Daarut Tauhiid ini. Aa Gym melihat adanya fenomena bawahan yang tidak patuh terhadap atasan. Menurutnya hal tersebut tidak akan terjadi jika presiden memiliki kepemimpinan yang kuat.

"Kalau presidennya kuat dan memimpin dengan baik, bawahanmya pasti akan mengikuti dengan baik. Sebaliknya, kalau pengikutnya membangkang, kemungkinan pemimpinnya yang tidak baik. Itu rumus dasarnya," kata Aa Gym. 

Jadi apa yang bisa diharapkan dari Jokowi? Jokowi oleh Mega disebut sebagai PETUGAS PARTAI, tak akan mampu menentang perintah titah Mega, dan inilah yang menjadi pangkal yang sebenarnya. Jokowi hanyalah bertindak atas perintah Mega dan PDIP. Tidak memiliki kemandirian.

Tentu, kelompok yang paling untung dan menikmati segalanya, termasuk asset dan kekayaan Indonesia di zaman Jokowi, tak lain: CINA! Mengapa Cina dibiarkan menguasai dan menjarah negeri ini?

Sumber: voa-islam

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” (HR. Thabrani)



Jangan takut untuk memulai yang "baru", jika gagal dalam pernikahan. Dalam perjalanan sebuah pernikahan, tidak jarang kita temui bahtera rumah tangga yang karam di tengah-tengah perjalanannya. Banyak faktor yang bisa jadi penyebab. Ketidakcocokan, kekerasan dalam rumah tangga, campur tangan pihak ketiga, pengkhianatan, dan lain-lain.
Namun demikian, janganlah menjadikan sebuah kegagalan sebagai alasan untuk menutup diri dari mencoba hubungan pernikahan yang baru. Kita tidak pernah tahu takdir apa yang telah dipersiapkan Allah di depan sana.
Pengalaman merupakan pelajaran hidup yang paling mahal. Kita dapat menjadikannya sebagai ‘kaca spion’ yang cukup ditengok sesekali untuk memastikan langkah bagi masa depan, kaca spion tak pernah memperlihatkan apa yang terjadi di depan, maka jangan terpengaruh apalagi merasa takut dengan apa yang terlihat di kaca spion.

Cari tahu apa yang menyebabkan karamnya pernikahan sebelumnya, apakah telah melakukan ta’aruf dengan detail dan menyeluruh, pelajari apa yang perlu diubah dari sifat dan kebiasaan buruk kita, sudahkah kita melakukan shalat istikhoroh sebelum melangsungkan pernikahan sebelumnya? Karakter seperti apakah yang perlu dihindari untuk dijadikan pasangan hidup kita?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mudah terjawab jika kita menjadikan pernikahan sebelumnya sebagai pelajaran dan bukannya malah trauma. Dengan pengalaman sebelumnya pun, kita bisa lebih mengenal karakteristik lawan jenis, mana yang bersifat baik dan mana yang buruk.

Agar tidak perlu merasa takut untuk menikah lagi, berikut ini beberapa alasannya:

1. Kegagalan pernikahan terdahulu jangan dijadikan trauma, melainkan pelajaran

2. Menikah lagi bisa menghindari diri dari fitnah

3. Tidak semua pria atau wanita itu buruk

4. Menikah bisa lebih menjaga kehormatan dan akan selalu diberi pertolongan oleh Allah, daripada terus-menerus sendirian

Dengan status menikah, bagi seorang wanita akan memiliki seorang penjaga, dan bagi seorang pria akan memiliki seorang pendamping. Hal ini tentu saja akan melenyapkan fitnah di masyarakat, ketimbang jika kita terus bertahan menjadi single setelah merasakan kegagalan pernikahan sebelumnya.

Pasti ada pria shaleh atau wanita shalehah yang akan menghancurkan pikiran buruk kita tentang pengalaman berhubungan dengan lawan jenis di masa lalu. Ketika kita meyakini adanya pria shaleh dan wanita shalehah tersebut, insyaa Allah kita akan dipertemukan jika memang kita berdo’a dan berusaha untuk memantaskan diri mendapatkannya.

Demikianlah beberapa hal yang semestinya bisa menjadi alasan mengapa perlu menikah lagi meskipun pernah mengalami pahitnya kegagalan sebuah pernikahan.

Jika dengan menikah lagi bisa lebih menjaga kehormatan dan kemuliaan diri, serta dijamin mendapatkan pertolongan dari Allah, mengapa enggan melakukannya?

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)

Definisi spam:

1. mengirim pesan yang sama ke sejumlah besar penerima di Internet.
2. pesan yang tidak relevan atau tidak pantas dikirim di Internet, seperti gambar/film porno, dan sejenisnya.
3. produk daging kaleng yang dibuat dari daging babi.

Iseng2 ngetik "spam" di kolom search FB dan tekan ENTER, ana merasa heran, tak satu gambar/film porno pun ditemukan. Silakan Antum coba!

Facebook punya fitur mirip google search, apa yg kita ketik, disimpan di server FB, Unbelievable


WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)


Namun, penyakit yang akan dibahas kali ini bukanlah penyakit biasa walaupun nama-namanya sudah tidak asing bagi kita. Penyakit-penyakit ini kerap menimpa hubungan dalam rumah tangga. Apa saja penyakit itu?



Inilah tulisan Ukhti Kiki Barkiah yang insya Allah dapat membantu pasutri agar dapat menghindari penyakit-penyakit tersebut.

Pada suatu malam, kami berdiskusi:

Aku: “Bi, ari Abi bahagia menikah dengan Ummi?

Suami: “Bahagialah, Mi

Aku: “Alhamdulillah ya Bi, kita mah baik-baik ajah. Ngeliat curhatan ibu-ibu yang masuk ke inbox soal rumah tangga, macem-macem pisan, meni ngeri!

Suami: “Bukan berarti kita teh gak punya masalah ya Mi!

Aku: “Iya itu mah gimana kita nya we menghadapi masalah, kalo dilihat positif mah da jadi positif

Melihat problematika rumah tangga yang dikonsultasikan dalam inbox, mengingatkan ana untuk senantiasa bersyukur atas kenikmatan menjalankan bertahun-tahun berumah tangga yang penuh kebahagiaan. Bahkan selama menikah, rasanya tidak pernah merasakan adanya perselisihan yang sangat berat dan serius baik dengan pasangan maupun dengan anak-anak. Kami sadar, begitu banyak hal di sekeliling kita yang bisa menjadi sumber permasalahanan, jika kita memilih untuk menjadikannya sumber permasalahan. Namun di saat yang sama, permasalahan tersebut bisa menjadi sumber perbaikan dan peningkatan kehidupan bagi siapa yang memilih untuk menjadikannya sumber kebaikan.

Ya! kami memilih untuk hidup bahagia karena kami berusaha menghindari penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan munculnya konflik dalam berumah tangga. Beberapa penyakit penyebab konflik dalam rumah tangga yang kami hindari adalah sebagai berikut:
  1. Kapalan: kagak patuh Al-Quran (Anggota keluarga sering melanggar syariah) 
  2. Kutilan: Kurang tau ilmu pernikahan (Kurang memahami hak dan kewajiban suami-istri, hak dan kewajiban sebagai orang tua dan anak, ilmu pengasuhan dan pendidikan anak) 
  3. Kurap: kurang rapat (Kurang pertemuan dan komunikasi antar anggota keluarga) 
  4. Kutuan: Kurang tau arah dan tujuan (tidak memiliki visi dan misi keluarga) 
  5. Kusta: Kurang sabar meraih cita (Kurang sabar dalam menjalani proses di masa-masa kesulitan, kurang sabar dalam menunggu keadaan menjadi lebih baik) 
  6. Kudis: Kurang duit selalu habis (Tidak pernah merasa cukup akan harta yang diterima. Tidak bisa hidup sederhana) 
  7. Kumel: Kurang menghargai lawan (Tidak membangun sikap saling menghormati dan menghargai antar keluarga) 
  8. Kucel: Kurang cerita ditel (Kurang mengungkapkan harapan secara detail kepada anggota keluarga lainnya) 
  9. Kadas: kagak adil dan seimbang (ada hal yang terlalu berlebihan di dalam keluarga) 
  10. Bisulan : Bila sekedar uang lancar (hubungan keluarga sekedar transaksi ekonomi) 
  11. Mencret: Mencari yang ribet (Mempersulit diri, tidak mencari kemudahan dalam menjalani kehidupan) 
  12. Sembelit: Sedekah, memberi, berbagi, sangat pelit 
  13. Meriang: Menengok istri jarang (Kurang terpenuhinya kebutuhan biologis pasangan) 
  14. Korengan: Koordinasi enggan dilakukan (Tidak ada kerjasama antar anggota keluarga) 
  15. Tipes: Tidak peduli perasaan (Bila ada salah satu anggota keluarga bersifat egois dan kurang berempati terhadap orang lain) 
  16. Diare: Dibiarin aje! (tidak peka terhadap permasalahan atau tidak mau berupaya menyelesaikan masalah) 
  17. Asma: Asal menyapa (Pola hubungan tidak bermakna, pola komunikasi tidak berbobot) 
  18. Asam Urat: Abaikan simpanan amal untuk akhirat (Keluarga yang tidak mempersiapkan kehidupan akhirat) 
  19. Encok: Enggan cocok (Lebih banyak mempermasalahkan perbedaan dibanding mencari kesamaan) 
  20. Kanker: Kehilangan etos kerja 
  21. Mual: Mengabaikan urusan halal (Keluarga tidak memperhatikan kehalalan sumber harta dan makanan yang dimakan) 
  22. Jerawat: Jarang berdoa lewat shalat (Tidak meminta pertolongan Allah dengan mendekatkan diri kepada-Nya) 
  23. Influenza: Interfensi luar menambah masalah (Adanya permasalahan yang ditimbulkan dari pihak luar) 
  24. Jantung: Jarang berhitung (Bersikap tanpa mempertimbangkan baik buruknya) 
  25. Malaria: Mencari pelarian (memilih untuk lari dari masalah dengan mencari pelarian dalam hal keburukan) 

Insya Allah, ana sangat percaya bahwa kebahagiaan rumah tangga bisa kita raih jika kita menghidarkan diri dari 25 penyakit penyebab konflik dalam rumah tangga. Selamat memilih bahagia! Karena bahagia itu adalah pilihan!

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget